Tragedi Berdarah di Palestina
Sejak Selasa (8/7), Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Membombardir dari udara dan menembakkan rudalnya tanpa ampun dari darat dan laut di sepanjang jalur Gaza. Jadilah tanah Gaza kembali membara, penyerangan dilakukan tanpa hentinya bahkan sampai larut malam. Banyak jatuh korban dari kalangan anak-anak dan kaum wanita yang tak berdosa. Memasuki hari ke sepuluh agresi Israel, sudah lebih 204 orang syahid dan ribuan yang luka parah. Rumah warga, sekolah, masjid bahkan rumah sakit juga tidak luput dari serangan jahat tentara Israel. Satu di antara sasaran gempuran Israel adalah Graha Tahfizh Daarul Quran Indonesia cabang Gaza, yang merupakan sumbangan masyarakat Indonesia yang baru saja selesai pembangunannya.
Ironisnya, PBB sebagai “lembaga perdamaian dunia”, tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan serangan maut Israel yang sudah berlangsung sepuluh hari. Sekjen PBB, Ban Ki-Moon hanya mampu mengecam atau mengutuk saja dan “mengemis” meminta agar Israel menghentikan gempurannya dan melakukan genjatan senjata dalam menyelesaikan tragedi berdarah ini. Tanpa mengeluarkan satu resolusi PBB pun yang memberi sanksi tegas dan hukuman pada Israel atas kejahatan kemanusiaan yang diperankan oleh Negara Yahudi tersebut. Apalagi PBB sampai mengerahkan pasukan perdamaian dalam menghentikan lajunya gempuran Israel sebagaimana yang dilakukannya pada Negara lain yang sedang bergolak.
Hal inilah yang membuat Israel berani dan leluasa melakukan serangan tiba-tiba pada Palestina. Maka seruan PBB , ibarat pepatah, “anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu”. Israel bukannya menghentikan serangannya, namun justru menambah pasukannya untuk melakukan serangan darat besar-besaran. Empat puluh ribu pasukan elit sudah disiapkan bahkan sudah bergerak memasuki wilayah darat kota Gaza.
Babak baru perang darat sudah mulai digelar, pasukan Brigade Al Qassam sayap meliter Hamas sudah siap menghadang dan melakukan perlawanan sampai titik darah penghabisan. Pasukan Islam ini optimis meraih kemenangan dalam pertempuran melawan Israel walaupun dengan persenjataan yang sangat sederhana. Seperti mengulang peristiwa yang sama pada perang yang berlangsung awal tahun 2009 yang lalu. Pejuang Palestina mampu mengalahkan Israel dan harus hengkang meninggalkan tanah Gaza dengan tangan hampa dan penuh nestapa.
Melihat fenomena yang selalu berulang terus, menyangkut kejahatan zionis Israel terhadap rakyat Palestina. Bagi banyak orang menjadi pertanyaan besar, kenapa begitu berani dan leluasanya Israel melakukan tindakan keji ini? Banyak faktor yang dapat dikemukakan dengan terang benderang sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa orang pengamat Timur Tengah, setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan tragedi berdarah Palestina berulang kembali.
Pertama, dendam sejarah, maksudnya sejarah memaparkan secara gamblang bagaimana, sifat dan watak orang Yahudi selama ini. Al Quran menjelaskan bahwa orang Yahudi sangat suka menumpahkan darah dan membuat kerusakan di muka bumi bahkan juga dengan mudah membunuh para Nabi dan Rasul Allah. Hal yang sangat membuat Yahudi marah dan membenci umat Islam adalah karena Nabi terakhir, bukanlah berasal dari keturunan Bani Israel sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Melainkan berasal dari keturunan Bani Ismael yaitu Nabi Besar Muhammad Saw sebagai nabi penutup.
Faktor ini yang sangat dominan mengisi hati dan pikiran orang Yahudi dan didoktrinkan pada anak cucunya. Kebencian Yahudi terhadap Umat Islam juga di ungkapkan Allah Swt dalam QS Al Baqarah 120, “ Tidak akan pernah senang orang Yahudi dan Nasrani kepadamu Umat Islam sebelum kamu mengikuti agama mereka …”. Maka yang ada di benak mereka adalah membunuh dan menghabisi orang Islam yang dianggap musuh yang berbahaya dan penghalang dalam mewujudkan nafsu serakahnya dalam menguasai dunia.
Kedua, memperlihatkan pada dunia kesombongan dan keangkuhan Israel. Sebagaimana diketahui, Israel merupakan Negara keempat yang memiliki angkatan bersenjata yang hebat di dunia. Untuk mewujudkan nafsu setannya, Israel menggelar perang yang tidak seimbang dengan pasukan Palestina yang hanya memiliki senjata hasil rakitan pejuang Hamas saja. Rudal Hamas yang ditembakkan ke Israel, hancur di udara oleh radar Irone Dome milik Israel yang mampu mendeteksi setiap rudal yang memasuki wilayahnya sehingga korban tidak banyak yang menimpa warga Israel.
Namun demikian, kabar terakhir menyebutkan bahwa rudal Hamas sudah dapat mengecoh sistem radar pertahanan Israel sehingga dapat memasuki dan menghancurkan beberapa sasaran dan termasuk sebuah SPBU milik Israel yang mengobarkan kebakaran dahsyat. Hal ini sangat memukul mental rakyat Israel akan bahaya rudal Palestina, sehingga sirene mengaung bertalu-talu di langit Israel yang menyebabkan orang Israel mati ketakutan.
Apabila persenjataan Hamas lebih canggih lagi dan mendapat pasokan dari Negara luar maka tentu keadaan berubah. Israel akan berpikir panjang untuk melakukan agresi ke tanah Gaza karena mendapat perlawanan yang imbang. Jadi dapatlah dikemukakan bahwa yang terjadi sekarang bukannya peperangan tetapi penghancuran dan pembumihangusan Palestina. Dengan harapan agar Israel dapat menguasai Gaza dan memperluas daerah kekuasaannya.
Ketiga, tidak adanya kekuatan yang bisa menghentikan kebejatan Negara Yahudi tersebut AS dan Negara Barat yang selama ini menggaungkan dengan lantang HAM dan demokrasi, ternyata terhadap tragedi Palestina , mereka diam seribu bahasa dan menutup mata atas kekejian yang telah menghina dunia. Hal yang sama juga dipertontonkan PBB yang seharusnya aktif mengambil peran signifikan seperti yang telah dilakoninya selama ini dalam menyelesaikan Negara yang bertikai, terutama menyangkut Negara yang memiliki kepentingan politik dan ekonomi besar bagi Negara adidaya yang menguasai lembaga dunia itu.
Ketika PBB berhadapan dengan keserakahan Israel, lembaga ini tidak punya nyali bahkan tidak bertenaga (impoten) untuk menghentikan kebrutalan Israel. Sehingga sebagian umat Islam berpikir, apakah PBB masih bisa diharapkan atau masih dibutuhkan lagi dalam menyelesaikan konflik yang menyangkut umat Islam. Karena nyata sekali PBB selama ini mempunyai standar ganda dalam menyelesai masalah dunia.
Sementara Negara Timur Tengah juga tidak dapat diharapkan banyak karena negaranya sendiri juga sedang bergolak, disebabkan, terjadinya perang saudara yang sudah mengorbankan jutaan umat Islam yang tak berdosa. Pemimpin Negara Arab asyik mempertahankan kekuasaan dan tahta singgasananya di atas lumuran darah rakyatnya sendiri. Sebut saja seperti, Suriah, Libia, Irak, Afghanistan dan Mesir yang terlilit dengan banyak masalah dalam negeri.
Arab Saudi dan Negara teluk yang diharapkan dapat mengambil peran besar dalam membela Palestina dengan kekuatan ekonomi yang dimilikinya ternyata juga tidak berdaya karena kebijakan luar negerinya yang senada dengan Amerika, seperti ketika menyikapi krisis Mesir, Arab Saudi dan Negara Teluk lainnya justru lebih mendukung dan membela rezim meliter Mesir, Abdul Fattah as Sisi, yang telah merampas kekuasaan pemerintahan Muhammad Mursi yang sah, hasil pemilu yang demokratis sepanjang sejarah Mesir.
Jadilah Palestina berperang sendirian menghadapi pasukan Israel yang memiliki senjata yang mutakhir. Pasukan Palestina sangat berharap mendapatkan bantuan dari langit sehingga dapat memenangkan pertempuran yang dahsyat ini. Prinsip pejuang Palestina adalah berjuang untuk mencari mati syahid, sementara Israel berperang untuk mencari hidup. Dari kedua prinsip inilah, secara mental pejuang Palestina sudah menang dan kemenangan nyata sudah di depan ketika Israel meminta genjatan senjata melalui Mesir.
Tangisan Paus Fransiskus, Tangisan Umat, Tangisan Seluruh Umat Manusia untuk Tragedi Kemanusiaan di Suriah
Suatu pagi di Casa Santa Marta, Italia;
ketika itu ada Misa Jumat pagi di Katedral Kota. Kali ini, terasa luar
biasa, karena pengkhotbahnya adalah Bapa Suci, Paus Fransiskus. Bapa
Suci membaca teks Perjanjian Baru, dari Kisah Para Rasul pasal 5 ayat
34-42; intinya,” … murid-murid Yesus yang dicambuki Dewan Sanhedrin
Yahudi. Murid-murid Yesus dipaksa untuk tidak mewartakan Yesus, …”
Komentar Bapa Suci, “Hal itu terjadi
karena, mereka iri pada Yesus dan tidak bisa menerima orang-orang
mengikuti-Nya. Mereka tidak bisa mentolerir kelemahlembutan Yesus, tidak
bisa mentolerir kelemahlembutan dari Injil , dan tidak bisa mentolerir
cinta, …. .” Di samping itu, melalui Khotbahnya, Paus Fransiskus, juga
menanggapi tragedi kemanusiaan yang terjadi di Syria. Paus Fransiskus,
menyatakan bahwa :
“Saya menangis
ketika saya melihat laporan berita tentang umat Kristen yang disalibkan
di negara tertentu yang bukan Kristen. Hingga hari ini masih ada
orang-orang yang membunuh dan menganiaya, dalam nama Tuhan.
Di lain pihak kita
umat Kristiani sebenarnya justru semakin teguh beriman ketika mengalami
penderitaan. Kita tahu bahwa banyak orang seperti para rasul yang
bersukacita karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan
dalam nama Kristus.
Tidak seperti
pemerintahan Sanhedrin (Mahkamah Agama Yahudi, pen), Yesus tidak
khawatir tentang berapa banyak orang yang mengikutinya, melainkan, Dia
berbicara, Dia berkhotbah, Dia mencintai, menyertai dan berjalan dengan
semua orang, dengan lemah lembut dan rendah hati. Dia mewartakan cinta,
menghibur yang sedih, menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati,
mengusir roh jahat dan memberikan pengampunan dosa”.
Ya, Paus Fransiskus menangis karena
empati terhadap derita dan penderitaan sesamanya di Syria; dan bukan
saja untuk mereka, namun yang terbunuh dan dibunuh karena kekerasan di
sana. Kenyataannya, derita dan penderita, marah serta amarah, terbunuh,
pembunuhan di Syria, kini nyaris tidak disorot oleh Media (mungkin sudah
bosan!?), terus menerus terjadi.
Dari sebaran video,
yang tak ada di youtube, tentang kekerasan di Syria, memang sangat
ekstrim dan brutal. Misalnya video yang ada di vidoevo.com dan
shoebat.com (diriku tidak sarankan kepada anda untuk buka, apalagi anda
termasuk lemah jantung), dan lain-lain, dengan jelas terlihat betapa
menjijikan dan sadisnya para pembunuh. Bayangkan, orang, calon korban,
dinaikkan ke truk, disuruh tidur dalam parit pasir yang di gali sendiri,
mata mereka tidak ditutup, kemudian ditembak. Ada juga, korban, ditarik
ke pinggir dermaga kayu di tepi sungai, kemudian ditembak dengan
pistol, lalu di tendang ke dalam air sungai, sekejap air sungai merah
berdarah, lalu lenyap. Ada yang masih berteriak-teriak dengan nada
protes, sambil menyebut nama Sang Maha Tinggi, dengan sekejap terdiam,
karena peluru menembus kepalanya. Menggerikan.
Setiap hari, ada
saja gambar, foto, video baru tentang kebrutalan di sana; dan diriku
yakin, bahwa hal-hal itu sampai ke Vatikan dan pemimpin-pemimpin dunia
lainnya. Apa reaksi mereka!?
Kemarin, pada/dalam salah satu kelompok
Bistond atau doa bersama di Jakarta, kelompok yang kecil, ada ibu-ibu
yang berdoa untuk Syria, ia berdoa sambil menangis. Dalam kata-katanya,
ia doakan keluarga korban, keluarga Kristen, Islam, Ortodox, dan
Katolik, semunya. Banyak orang ikut terharu dan menangis dalam doa
mereka. Umat yang menangis.
Tragedi kemanusiaan di Syria, sepanjang
pengetahuanku, lebih parah dari yang terjadi di abad modern; mereka
membubuh dan melakukan pembunuhan, sambil diarsipkan melalui kamera dan
kemudian disebarkan ke hadapan publik dunia. Banyak orang menjadi tahu;
banyak pihak bisa mengakses, namun cuma sedikit yang bereaksi. Ada yang
mencela dan mengutuk, tapi tak sedikit yang memuji serta jadikan
sebagai model perjuangan.
Adakah tangisan dunia terhadap tragedi
kemanusiaan di Syria!? Di sana, sekarang ini, jarak antara kehidupan dan
kematian begitu tipis; sahabatku dari Libanon menyatakan, karena
kematian begitu dekat, menjadikan banyak orang terusir dari tanah tempat
mereka lahir serta berpijak.
Adakah tangisan kita, tangisan umat, dan
tangisan dunia terhadap mereka!? Mungkin, para pemimpin Dunia sudah
bosan berkata-kata dan lelah menyerukan perdamaian, sehingga mereka diam
serta membiarkan Syria tetap seperti itu!? Diriku sulit menjawab.
Akhir kata, saya ajak anda untuk jangan biarkan Paus Fransiskus menangis seorang dirijangan juga biarkan Kelompok Doa, Kelompok Majelis Taklim menangis dalam doa-doa mereka namun, kini dirimu tunduk dan berdoa sesuai iman, kepercayaan (kita, anda, dan saya) masing-masing.
Amin
SERUKAN PERDAMAIAN UNTUK DUNIA
Title : Tragedi Berdarah Di Palestina Dan Tragedi Kemanusiaan Di Suriah
Description : Tragedi Berdarah di Palestina Ketika umat Islam dunia menjalani Ramadhan untuk meraih piala dunia-akhirat berupa derajat taqwa, ...
Description : Tragedi Berdarah di Palestina Ketika umat Islam dunia menjalani Ramadhan untuk meraih piala dunia-akhirat berupa derajat taqwa, ...
0 Response to "Tragedi Berdarah Di Palestina Dan Tragedi Kemanusiaan Di Suriah"
Post a Comment
Berikut Adalah Peraturan Dalam Berkomentar Di Blog Ini :
1. Dilarang menyebarkan hal-hal yang negative.
2. Dilarang menyepam di post kami.
3. Dilarang menyebarkan PORNOGRAFI atau SARA di blog ini.
2014© All Rights Reserved.
▐▌▌│▌▌▌│▌▌│▌▌▌▌▐│▌▌
✔ Vᴇʀɪfɪᴇᴅ BʟᴏG Offɪᴄɪᴀʟ
© BʟᴏG Oʀɪɢɪɴᴀʟ & Offɪᴄɪᴀʟ